Masa-masa remaja akhir (late adolescence) atau dewasa muda (young adulthood) adalah periode
dimana terjadi perubahan yang sering dan eksplorasi dalam berbagai aspek :
keluarga, sekolah/ kuliah, pekerjaan, peran, dll. Proses menjadi dewasa zaman
sekarang lebih bervariasi dan berangsur daripada di masa lalu. Pemuda sekarang
lebih lama dalam mencapai kemandirian dalam hal ekonomi dan psikologi.
Pengalaman yang dirasakan pun bervariasi terhadap jenis kelamin, ras, etnik,
dan status sosial.
1.
Penyesuaian
perkembangan fisik
Perkembangan fisik primer pada dewasa muda sudah selesai, karena adanya perubahan yang cepat pada tubuh akibat hormon. Rata-rata
perkembangan fisik berakhir pada usia 21 tahun, dan kemudian setelahnya adalah masa penerimaan
terhadap bentuk fisik.
2.
Penyesuaian
tubuh dan perasaan yang semakin dewasa
Seiring dengan terbangunnya identitas maskulin dan
feminin, maka akan berkembang juga keterampilan terhadap hubungan romantis.
Remaja akhir atau dewasa muda inipun kemudian mulai mempertimbangkan hubungan
yang serius terutama secara emosional. Seperti apa saya? Seperti apa orang yang
paling cocok dan bisa menjadi pasangan terbaik bagi saya? Lalu kemudian
hubungan yang dekat dan serius pun mulai berkembang. Cinta, kesetiaan, dan
komitmen merupakan hal yang paling penting dalam kesuksesan hubungan.
3.
Pengembangan
dan penerapan keterampilan berpikir secara abstrak
Remaja mengalami perubahan yang signifikan dalam
kapasitas berpikir. Disini remaja mulai berpikir dari konkrit ke abstrak,
memahami dan bergulat dengan ide abstrak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan,
berpikir ke depan, berpikir tentang pemikiran, dan berempati “merasakan diri
menggunakan sepatu orang lain.”
Secara umum, pemikiran abstrak merubah kemampuan mereka
berpikir terhadap diri sendiri dan orang lain di dunia sekitar mereka.
Hal ini merupakan proses yang panjang dari remaja menuju
dewasa. Contohnya, di awal proses dewasa muda, mereka memiliki keterbatasan
dalam memiliki lebih dari satu sudut pandang, memahami sesuatu dari perspektif
mereka saja tanpa mempertimbangkan orang lain.
Kapasitas berpikir abstrak pun kemudian terbangun, mereka
mulai berpikir secara abstrak dan hipotetis, bisa melihat prinsip yang
mendasari, dan menerapkannya ke dalam situasi yang baru. Mereka bisa berpikir
tentang masa depan, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan dan hasil yang
logis pada setiap kejadian yang mungkin terjadi.
Mereka pun kemudian dapat menahan dan memanipulasi
pengelompokan ide abstrak, dan membuat sistem yang dapat mengorganisasikan
pemikiran abstrak tersebut. Kemampuan yang lebih dalam mempertimbangkan
berbagai sudut pandang ini, pada waktu yang sama dapat mengakibatkan
peningkatan empati dan perhatian terhadap orang lain, membangun ketertarikan
terhadap isu sosial. Hal ini juga membuat remaja memiliki nilai “keragaman
manusia” (berikut sudut pandangnya), dan mengapresiasi bahwa banyak jawaban yang
benar untuk satu masalah.
4.
Penentuan
identitas personal
Remaja bergerak dari mengidentifikasikan dirinya sebagai “perpanjangan”
dari orang tua mereka (masa kanak-kanak), menjadi mengenali keunikannya dan
mulai terpisah dari orang tua. Mereka mulai melihat diri sebagai individual dan
orang yang terhubung dengan orang-orang atau kelompok tertentu. Mereka
menyaring pergaulan mulai dari jenis kelamin, atribut fisik, etnis, dsb. Mereka
mulau menelaah isu “Siapa saya? Bagaimana cara saya agar sesuai dengan orang
lain? Apakah saya mudah disukai dan menyukai? Apakah saya kompeten?
Salah satu hasil penelitian mengatakan, “identitas”
sementara ini terbagi atas gaya berpakaian, perhiasan, musik, tata krama dan
gaya hidup. Para remaja akan berjuang untuk mengidentifikasi diri, melihat
kontradiksi dalam bagaimana mereka merasakan dan bertindak dalam situasi yang
berbeda, dan dalam level pemikiran dan pemahaman yang berbeda.
Dengan kata lain, masa-masa tersebut adalah masa
menegaskan identitas, meskipun masih dalam masa pencarian identitas, dan juga
masa merasakan diri berada di tengah-tengah, tidak lagi remaja namun belum
dewasa.
-bersambung ke Part 2-
sumber :