Rabu, 27 Desember 2017

Mengatasi Masalah Kuliah Karna Nilai Mengecewakan

       Setiap mahasiswa pasti pernah mengalami yang namanya kecewa karna nilai. Ya karna terkadang nilai yang kita dapatkan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Tenang saja, dalam kehidupan berhasil atau gagal adalah dua hal yang merupakan suatu keniscayaan. Bisa diartikan bahwa dari sekian banyak kegagalan dalam mewujudkan sesuatu dapat diambil suatu pelajaran. Kita bisa mengetahui dimana saja letak penyebab kegagalan itu yang kemudian penyebab-penyebab terjadinya kegagalan itu dapat dicarikan solusi untuk mengatasinya. Sehingga bila telah didapatkan solusi maka dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kegagalan. Disinilah terjadinya proses pembelajaran.

     Apabila seorang mahasiswa gagal dalam mendapatkan nilai yang memuaskan pada nilai quiz harian, nilai UTS, nilai UAS dan nilai-nilai lainnya maka dia perlu memikirkan mengapa dia sampai mendapatkan nilai yang kurang memuaskan tersebut. Dari proses berpikir itu tadi selanjutnya perlu dituangkan dalam strategi untuk mengatasi terjadinya nilai kuliah yang kurang memuaskan. Bila ternyata dirasa semua itu tadi disebabkan oleh kurangnya intensitas dalam belajar maka perlu diambil strategi dan tindakan untuk memperbanyak jam belajarnya. Apabila dirasa itu dikarenakan kurang bisa membagi waktu antara kegiatan organisasi mahasiswa dengan kegiatan akademik, maka perlu disusun ulang jadwal harian pada diri mahasiswa.

       Seorang mahasiswa juga perlu mengenali dirinya sendiri. Dalam artian bahwa mahasiswa tersebut perlu mengetahui kecenderungan-kecenderungan tertentu yang ada pada dirinya. Sampai sejauh mana kemampuan dirinya dalam belajar. Mungkin bila mahasiswa yang tergolong cerdas dan berdaya tangkap cepat itu dalam sekali baca materi perkuliahan sudah paham, maka mahasiswa yang “kurang cerdas dan berdaya tangkap rendah” tidak boleh menyerah begitu saja, tingkatkan semangat untuk membaca berkali-kali materi perkuliahan sampai faham.

        Jadi jangan sampai mempermasalahkan kemampuan daya serap ini, tetapi berpikirlah kegigihan dalam terus berusaha menguasai materi perkuliahan dengan penuh semangat juang tinggi dan pantang menyerah. Baca berkali-kali berapapun mengulangnya sampai bisa dan menguasai materi perkuliahan yang akan diujikan. Gagal itu biasa, yang luar biasa adalah bersegera bangkit dan berjuang kembali meraih kesuksesan.

       Ada beberapa tips dan trik yang mungkin dapat digunakan mahasiswa untuk meningkatkan IPK di Perguruan Tinggi:

1. Menuliskan Target IPKmu pada Setiap Semesternya 
Setiap tulisan yang kamu buat akan menjadi semacam pengingat bahwa kita punya target yang harus diraih, bahwa kita punya mimpi, nilai IPK, yang harus diwujudkan. Tulisan juga berfungsi sebagai pemacu semangat kamu menjalani kuliah. Satu lagi, tulisan target IPK itu menjadi wujud awal dari komitmen teman-teman dalam mewujudkan nilai IPK sesuai impian.

2. Berdoa
Berdoa dengan khusyuk dan berharap kepada sang pencipta, sang pemilik segala kecerdasan. Agar kita mampu mewujudkan mimpi menggapai nilai IPK tinggi. Jangan tinggalkan doa kepada sang Pencipta, karena Dialah yang telah memberikan hidup dan kehidupan ini kepada kita.

3. Prioritaskan Kuliah dan Pengerjaan Tugas
Masuk kuliah 99% agar tidak tertinggal materi kuliah. Percayalah, kehadiran kita secara fisik dan fikiran dalam sebuah kuliah akan membuat pemahaman ilmu yang teman-teman peroleh lebih mantap dan lengkap.
Selain hadir kuliah, jangan lupa untuk selalu memprioritaskan pengerjaan tugas-tugas yang diberikan dosen. Jangan main, ngegame atau nonton film dulu sebelum tugas kuliah selesai dikerjakan. Berlatihlah untuk berani menolak ajakan teman untuk hang out, nonton bareng pertandingan sepak bola atau sekedar nongkrong, jika tugas kuliah belum selesai dikerjakan.

 
4. Duduk di Posisi Depan Kelas
Ketika kamu duduk didepan kelas, maka kamu akan lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh Dosen. Selain itu, dosen juga akan lebih mengenal wajah kalian. 

5. Berpartisipasi Aktif dalam Kelas

Ketika dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya, maka sebaiknya kamu berpartisipasi aktif dalam bertanya sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen. Karna dengan kamu
menunjukkan rasa pedulimu dengan berpartisipasi, dosen akan lebih menyukaimu. Disamping itu, dengan berpartisipasi berarti informasi benar-benar diolah oleh otakmu dan akan lebih sulit untuk dilupakan.

6. Lakukan Review pada Setiap Minggunya
Mulai dari sekarang, luangkan waktu untuk melakukan review perkuliahan. Catatan-catatan yang kamu buat perlu di buka dan dibaca-baca kembali. Materi yang sulit kamu ingat perlu mendapat waktu lebih dan materi yang sudah kamu kuasai di otakmu dapat kamu lewati. Hal tersebut bisa kalian lakukan di malam hari/waktu libur. Yakinlah dengan hal tersebut IPK-mu akan menjadi lebih baik.

7. Mencari Tutor dan Bentuk Kelompok Belajar
Penelitian menunjukkan bahwa belajar dalam kelompok merupakan cara belajar yang sangat efektif. Asalkan kelompoknya terdiri dari sekitar 4 orang dan mereka benar-benar fokus untuk belajar. Tentukan pemimpin kelompok untuk mengatur jalannya diskusi, bahas semua materi dan pastikan ulangi hal yang belum dipahami oleh anggota kelompok. 

8. Istirahat yang Cukup, Jangan Begadang dan System Kebut Semalam (SKS)
Setelah kalian banyak belajar, maka luangkan waktu untuk istirahat. Penelitian menunjukkan bahwa otak dapat dengan mudah menjadi jenuh dan berhenti memproses informasi jika kamu tidak memberinya istirahat. Idealnya kamu harus belajar sekitar 50 menit dan kemudian beristirahat sekitar 10 menit. 

9. Cari Tempat Belajar yang Nyaman Buat Kamu untuk Belajar
Tempat belajar yang akan kamu pilih juga merupakan salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi konsentrasi ketika belajar. Kamu perlu mencari tempat yang membuatmu tenang dan menyenangkan, tempat dimana kamu dapat menghabiskan waktu berjam-jam disana tanpa terus-terusan melihat ke arah jam.

10.Diskusi dengan Dosen Wali/Melakukan Konseling
Salah satu langkah yang bisa kamu lakukan adalah melakukan diskusi dengan Dosen Wali terkait dengan masalah-masalah yang kamu hadapi di saat perkuliahan berlangsung, atau kamu juga bisa melakukan konseling melalui Bimbingan Konseling yang sudah disediakan oleh perguruan tinggi untuk mengatasi masalah-masalah yang kamu hadapi terkait dengan akademik maupun sosial pribadi yang dapat menggannggu perkembangan studimu.

Sumber : 
http://idehidup.com/15-cara-ampuh-mengatasi-malas-kuliah/
http://kepocalm.blogspot.co.id/2015/02/15-tips-untuk-meningkatkan-ipk.html

Selasa, 14 November 2017

Minggu, 12 November 2017

Memupuk Rasa Percaya Diri


Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari “tidak pede” dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri  dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Seperti halnya, setiap individu sering berkata pada diri sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini….kenapa sekarang jadi begini?” ada juga yang berkata: “kok saya tidak seperti dia?…yang selalu percaya diri…rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya…saya malu menjadi diri saya!”

Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurang percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan?

Sebelum kepada pembahasan mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam mengatasi kurangnya rasa percaya diri. Berikut akan di bahas mengenai beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah
  1. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok
  2. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan. 
  3. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
  4. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative.
  5. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil
  6. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri) Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu.

Selanjutnya, beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri.
1.      Evaluasi diri secara obyektif
Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “Kemampuan” pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri.  Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran.

2.      Beri penghargaan yang jujur terhadap diri
Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.

3.     Positive thinking
Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa nobody’s perfect dan it’s okay if I made a mistake. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional.

4.      Gunakan self-affirmation
Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya:
Saya pasti bisa !!
Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !
Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan.
Sayalah yang memegang kendali hidup ini.
Saya bangga pada diri sendiri.

5.      Berani mengambil resiko
Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: No Risk, No Gain.

6.      Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan
Ada pepatah yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda

7.      Menetapkan tujuan yang realistic
Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.
Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika anda dapat melakukan beberapa hal seperti yang disarankan di atas, niscaya anda akan terbebas dari krisis kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai anda mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan/overdosis. Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah menggambarkan kondisi kejiwaan yang sehat. Karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.
Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi orang sukses. Selain itu, persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di mana individu di besarkan, dari teman-teman (peer group) atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak sehat).

8.      Membangun Rasa Percaya Diri
Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.

Bagaimana caranya supaya diri kita selalu dikelilingi oleh energi positif? Simak kiat-kiat berikut ini :
1.      Menghilangkan pengaruh negative
Sejak lahir dan sepanjang hidup kita mengalami rangsangan positif dan negatif dari lingkungan silih berganti. Orang yang sepanjang hidupnya menerima rangsangan negatif relatif akan memiliki kadar percaya diri yang rendah. Rangsangan negatif dapat berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, kantor atau lingkungan pekerjaan, sekolah dan sebagainya. Apabila kita terperangkap dalam suatu kondisi hubungan antar manusia yang sangat buruk, segera cari solusi. Cara pertama adalah dengan berdamai atau berkompromi dengan lingkungan. Terima kondisi dengan ikhlas. Tapi kalau tidak membawa hasil positif, lebih baik keluar saja dari lingkungan tersebut apapun resikonya.
2.     Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan orang lain terhadap keberadaan, perbuatan atau prestasi kita, akan sangat meningkatkan rasa percaya diri. Masalahnya tidak banyak orang lain yang melakukan hal itu. Hanya orang-orang positif yang mau melakukan hal itu.
Solusinya adalah bergabunglah dengan kelompootk orang-orang yang positif. Cara lain, kita bisa memulai dengan melakukan pengakuan dan penghargaan pada diri kita sendiri. Sekecil apapun perbuatan positif yang kita lakukan, akui dalam diri kita, atau beri hadiah kecil-kecilan.
3.     Pujian
Sama seperti halnya pengakuan, pujian dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Siapa yang tidak senang kalau ada yang memuji penampilan, kepintaran atau keahlian kita. Pujian pun jarang diberikan pada lingkungan orang yang mayoritas berpikiran negatif.
4.     Memanjakan diri
Memanjakan diri itu penting dan perlu. Karena dengan begitu, kita akan merasa sebagai manusia yang berharga dan bisa menghargai orang lain.
5.     Beranggapan baik terhadap diri sendiri
Ini cara yang paling mudah untuk meningkatkan percaya diri kita, karena dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.
6.     Dapatkan input positif melalui panca indra
      Input positif dapat diperoleh lewat kisah-kisah heroik, kisah sukses, kisah yang motivatif dan emosional dari tokoh atau pebisnis yang sukses. Kisah-kisah tersebut dapat memotivasi kita untuk berpikir dan bertindak positif. Kita bisa mendapatkan input tersebut dari buku, kaset, dan tv.
7.     Biasakan bersikap positif
Mulailah bersikap positif dari diri sendiri dengan melakukannya pada kehidupan sehari-hari. Pastikan memori kita hanya menyimpan peristiwa positif. Pandang orang lain secara imbang dengan diri kita. Selalu berbuat jujur. Dan tunjukan bahwa kita memang punya rasa percaya diri.



Sumber : https://atzmalmsteen.wordpress.com/category/artikel-bk/

Jumat, 27 Oktober 2017

Late Adolescence / Young Adulthood (Remaja Akhir / Dewasa Muda) – Usia 18 – 24 Tahun (Part 2)

Lanjutan...


5.  Penggunaan sistem nilai personal

Remaja memiliki pemahaman yang lebih rumit terhadap perilaku dan prinsip dasar mengenai keadilan. Mereka mempertanyakan kepercayaan saat masih anak-anak dan merestrukturisasi kepercayaan tersebut menjadi ideologi personal. Misal, nilai yang lebih berarti secara personal, pandangan terhadap agama, kepercayaan terhadap sistem pengambilan keputusan dan bertindak.

Disaat ini, nilai dan keputusan tidak lagi banyak terpengaruh oleh teman sebaya. Mereka juga dapat melihat dari berbagai sudut pandang, menghargai keragaman manusia dan sudut pandangnya, dan mengapresiasi bahwa akan banyak jawaban benar untuk setiap masalah, mengidentifikasi nilai bagi diri sendiri namun juga menghormati nilai bagi orang lain.

6.   Negosiasi hubungan dengan orang tua / wali

Remaja mulai memiliki pendirian, disinilah terjadi perubahan dalam hubungan mereka dengan keluarga. Remaja mulai melihat dari sudut pandang orang tua, mulai mengurangi konflik dengan orang tua, dan mulai bernegosiasi dengan orang tua.

7.   Pengembangan hubungan yang stabil dan produktif dengan teman sebaya

Bahkan hubungan dengan teman dapat menyaingi hubungan dengan keluarga dan guru, sehingga mempengaruhi perilaku remaja tersebut.
Transformasi dalam hubungan dengan teman sebaya :
a.       Orientasi pertemanan berubah dari berteman karena aktivitas yang sama, menjadi berteman karena afeksi, atau karena nilai dan pemikiran yang sama.
b.       Orientasi hubungan yang mengarah kepada asmara.
c.       Merasa penting adanya “kerumunan” atau kelompok-kelompok dalam berteman.
Hubungan pertemanan pun menjadi lebih stabil dan dewasa, dan mulai menyeimbangkan antara pengaruh keluarga dan pertemanan, dimana sebelumnya pengaruh keluarga lebih besar daripada teman.

8.   Pemenuhan tuntutan peran dan tanggung jawab seiring bertambahnya kedewasaan

Remaja mulai memiliki peran dari apa yang diharapkan orang dewasa terhadapnya. Diantaranya, perhatian yang lebih besar terhadap masa depannya sendiri, ketahanan diri, kemampuan untuk berkompromi, perhatian terhadap orang lain, dll.

Sumber : 
http://www.amchp.org/programsandtopics/AdolescentHealth/projects/Documents/SAHRC%20AYADevelopment%20LateAdolescentYoungAdulthood.pdf


Kamis, 28 September 2017

Late Adolescence / Young Adulthood (Remaja Akhir / Dewasa Muda) – Usia 18 – 24 Tahun (Part 1)

Masa-masa remaja akhir (late adolescence) atau dewasa muda (young adulthood) adalah periode dimana terjadi perubahan yang sering dan eksplorasi dalam berbagai aspek : keluarga, sekolah/ kuliah, pekerjaan, peran, dll. Proses menjadi dewasa zaman sekarang lebih bervariasi dan berangsur daripada di masa lalu. Pemuda sekarang lebih lama dalam mencapai kemandirian dalam hal ekonomi dan psikologi. Pengalaman yang dirasakan pun bervariasi terhadap jenis kelamin, ras, etnik, dan status sosial.

1.       Penyesuaian perkembangan fisik

Perkembangan fisik primer pada dewasa muda sudah selesai, karena adanya perubahan yang cepat pada tubuh akibat hormon. Rata-rata perkembangan fisik berakhir pada usia 21 tahun, dan kemudian setelahnya adalah masa penerimaan terhadap bentuk fisik.

2.       Penyesuaian tubuh dan perasaan yang semakin dewasa

Seiring dengan terbangunnya identitas maskulin dan feminin, maka akan berkembang juga keterampilan terhadap hubungan romantis. Remaja akhir atau dewasa muda inipun kemudian mulai mempertimbangkan hubungan yang serius terutama secara emosional. Seperti apa saya? Seperti apa orang yang paling cocok dan bisa menjadi pasangan terbaik bagi saya? Lalu kemudian hubungan yang dekat dan serius pun mulai berkembang. Cinta, kesetiaan, dan komitmen merupakan hal yang paling penting dalam kesuksesan hubungan.

3.       Pengembangan dan penerapan keterampilan berpikir secara abstrak

Remaja mengalami perubahan yang signifikan dalam kapasitas berpikir. Disini remaja mulai berpikir dari konkrit ke abstrak, memahami dan bergulat dengan ide abstrak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan, berpikir ke depan, berpikir tentang pemikiran, dan berempati “merasakan diri menggunakan sepatu orang lain.”

Secara umum, pemikiran abstrak merubah kemampuan mereka berpikir terhadap diri sendiri dan orang lain di dunia sekitar mereka.
Hal ini merupakan proses yang panjang dari remaja menuju dewasa. Contohnya, di awal proses dewasa muda, mereka memiliki keterbatasan dalam memiliki lebih dari satu sudut pandang, memahami sesuatu dari perspektif mereka saja tanpa mempertimbangkan orang lain.

Kapasitas berpikir abstrak pun kemudian terbangun, mereka mulai berpikir secara abstrak dan hipotetis, bisa melihat prinsip yang mendasari, dan menerapkannya ke dalam situasi yang baru. Mereka bisa berpikir tentang masa depan, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan dan hasil yang logis pada setiap kejadian yang mungkin terjadi.

Mereka pun kemudian dapat menahan dan memanipulasi pengelompokan ide abstrak, dan membuat sistem yang dapat mengorganisasikan pemikiran abstrak tersebut. Kemampuan yang lebih dalam mempertimbangkan berbagai sudut pandang ini, pada waktu yang sama dapat mengakibatkan peningkatan empati dan perhatian terhadap orang lain, membangun ketertarikan terhadap isu sosial. Hal ini juga membuat remaja memiliki nilai “keragaman manusia” (berikut sudut pandangnya), dan mengapresiasi bahwa banyak jawaban yang benar untuk satu masalah.

4.       Penentuan identitas personal

Remaja bergerak dari mengidentifikasikan dirinya sebagai “perpanjangan” dari orang tua mereka (masa kanak-kanak), menjadi mengenali keunikannya dan mulai terpisah dari orang tua. Mereka mulai melihat diri sebagai individual dan orang yang terhubung dengan orang-orang atau kelompok tertentu. Mereka menyaring pergaulan mulai dari jenis kelamin, atribut fisik, etnis, dsb. Mereka mulau menelaah isu “Siapa saya? Bagaimana cara saya agar sesuai dengan orang lain? Apakah saya mudah disukai dan menyukai? Apakah saya kompeten?

Salah satu hasil penelitian mengatakan, “identitas” sementara ini terbagi atas gaya berpakaian, perhiasan, musik, tata krama dan gaya hidup. Para remaja akan berjuang untuk mengidentifikasi diri, melihat kontradiksi dalam bagaimana mereka merasakan dan bertindak dalam situasi yang berbeda, dan dalam level pemikiran dan pemahaman yang berbeda.

Dengan kata lain, masa-masa tersebut adalah masa menegaskan identitas, meskipun masih dalam masa pencarian identitas, dan juga masa merasakan diri berada di tengah-tengah, tidak lagi remaja namun belum dewasa.

-bersambung ke Part 2-
sumber :


Cari Blog Ini